Skip to main content

Transit Oriented Development

Pada tahun 1993 Peter Calthorpe menawarkan sebuah sistem mengenai Konsep Transit Oriented Development ( TOD ) dimana konsep ini memberikan arahan sebuah kawasan yang memiliki komunitas campuran di sekitar lokasi sebuah transit, antara lain terminal, stasiun. Komuitas ini meliputi perumahan, pertokoan, pasar, fasilitas olahraga, kantor, ruang terbuka dan fasilitas publik. (Nugroho, Sapto, ” Pengalju dan TOD di Jabotabek, 2000). Konsep TOD dapat dibangun di sebuah kawasan yang dianggap sudah mengalami penurunan baik fungsi dan kualitas fisiknya dan harus mengalami proses redevelopment (pembangunan kembali). Selain itu konsep ini juga dapat dilakukan pada infill sites (lahan yang sudah berkembang) maupun new growth areas (lahan pengembangan baru). Konsep TOD ini biasanya memberikan atau menciptakan fungsi-fungsi baru dan perbaikan jaringan sistem transit yang berada dalam kawasan ataupun menciptakan jaringan sistem transit yang baru. Berikut adalah prinsip - prinsip transportasi perkotaan oleh ITDP (Institute for Transportation & Development Policy)

Berjalan Kaki (Walk)

Berjalan kaki adalah moda transportasi yang paling alami, sehat, tanpa emisi, dan terjangkau untuk jarak pendek, serta merupakan komponen penting dari suatu perjalanan dengan angkutan umum. Maka dari itu, berjalan kaki merupakan dasar dari sistem transportasi yang berkelanjutan. Berjalan kaki adalah cara yang paling menyenangkan dan produktif untuk berpergian. Hal ini dapat terjadi jika trotoar dan jalur pejalan kaki tersedia, ramai digunakan, serta terdapat media interaksi sosial dan elemen pendukung lainnya. Berjalan kaki memang membutuhkan upaya fisik dan sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan yang ada. Faktor-faktor kunci yang membuat berjalan kaki menarik membentuk dasar dari tiga sasaran kinerja di bawah prinsip ini: keselamatan, keaktifan, dan kenyamanan. Sementara faktor lainnya seperti kedekatan, kelangsungan, dan lain-lain yang penting bagi walkability.
-   Infrastruktur pejalan kaki tersedia lengkap dan aman
Persyaratan paling dasar dari walkability pada perkotaan adalah adanya jaringan berjalan kaki yang aman, menghubungkan setiap bangunan dan tempat tujuan, dapat diakses oleh semua orang, dan terlindung dari kendaraan bermotor. Hal ini dapat dicapai dengan penerapan berbagai konfigurasi jalur pejalan kaki dan trotoar.
-   Infastruktur pejalan kaki aktif dan hidup
Adanya aktivitas akan semakin memicu aktivitas lainnya. Berjalan kaki bisa jadi menarik dan aman, dan bahkan sangat produktif jika trotoar ramai, terhias, dan terisi dengan berbagai kegiatan dan media interaksi seperti etalase toko dan restoran. Dengan wujud yang lebih menarik bagi pejalan kaki dan pesepeda yang melintas akan meningkatkan exposure dan gairah perekonomian lokal.
-   Infrastruktur pejalan kaki nyaman dan terjaga temperaturnya
Keinginan untuk berjalan kaki dapat secara signifikan ditingkatkan dengan penyediaan elemenelemen sederhana yang mendukung kondisi lingkungan berjalan kaki seperti pohon peneduh. Keberadaan pohon membawa banyak manfaat bagi lingkungan serta psikologi sosial. Penyediaan pohon, yang merupakan cara paling sederhana dan paling efektif untuk memberikan peneduhan di berbagai jenis iklim.

Bersepeda (Cycle)

Mengkonsumsi sedikit sekali ruang dan sumber daya perkotaan. Bersepeda menggabungkan kenyamanan perjalanan door-to-door, fleksibilitas rute dan jadwal layaknya berjalan kaki, serta jangkauan dan kecepatan layaknya layanan angkutan umum. Sepeda dan moda transportasi bertenaga manusia lain, seperti becak, menghidupkan jalan-jalan perkotaan serta meningkatkan cakupan layanan stasiun angkutan umum. Namun demikian, pesepeda juga merupakan salah satu pengguna jalan yang paling rentan. Sepeda rentan terhadap pencurian dan pengrusakan. Faktor utama yang dapat mendorong orang untuk bersepeda adalah penyediaan infrastruktur yang memberikan keamanan dan keselamatan, seperti fasilitas parkir dan penyimpanan sepeda yang aman.
-    Jaringan infrastruktur bersepeda tersedia lengkap dan aman
         Suatu jaringan bersepeda yang aman memberikan konektivitas dari setiap bangunan menuju tempat tujuan melalui rute terpendek yang dimungkinkan. Ada berbagai jenis infrastruktur bersepeda, antara lain jalur khusus sepeda, lajur sepeda pada badan jalan, dan jalan-jalan yang ramahpesepeda.
-    Parkir sepeda dan lokasi penyimpanan tersedia dalam jumlah cukup dan aman
Sepeda tidak memakan banyak ruang namun memerlukan tempat parkir dan penyimpanan yang aman. Bersepeda bisa menjadi pilihan yang menarik hanya jika rak sepeda tersedia di tempat awal dan akhir perjalanan, dan sepeda dapat diamankan di dalam hunian pribadi di malam hari

Menghubungkan (Connect)

Jalur pejalan kaki yang singkat dan langsung membutuhkan jaringan jalan-jalan yang padat di antara blok-blok kecil yang permeabel. Hal ini penting untuk kemudahan berjalan kaki dan aksesibilitas
dari stasiun transit, karena dapat dengan mudah terdegradasi oleh rute yang memutar. Suatu jaringan jalur pejalan kaki yang padat akan memberikan beberapa opsi rute ke banyak tujuan, yang kemudian dapat membuat perjalanan dengan berjalan kaki dan bersepeda terasa bervariasi dan menyenangkan. Bentuk jaringan jalan dengan banyak persimpangan, dengan ruang milik jalan yang tidak terlalu lebar, kecepatan kendaraan yang lambat, dan ramai oleh pejalan kaki akan mendorong kondisi jalanan yang hidup dan manusiawi. Struktur perkotaan yang lebih permeabel bagi pejalan kaki dan pesepeda pada akhirnya akan memprioritaskan sistem angkutan umum yang berkualitas.
-    Rute berjalan kaki dan bersepeda pendek, langsung dan bervariasi
Ukuran sederhana untuk kualitas konektivitas jalur pejalan kaki adalah kepadatan persimpangan jalur pejalan kaki, yang sangat bergantung pada ukuran blok yang kecil. Blok- blok Kecil menekankan pada pengembangan dengan ukuran rata-rata blok yang kecil. Hal ini dikombinasikan dengan penyediaan jaringan pejalan kaki yang menyeluruh akan memberikan jaringan yang padat akan rute pejalan kaki dan bersepeda, yang akan menawarkan berbagai pilihan untuk menuju ke tempat tujuan, dan memberikan akses ke sejumlah interaksi sosial/ ekonomi yang terdapat di sepanjang jalan.

-    Rute berjalan kaki dan bersepeda lebih pendek daripada rute kendaraan bermotor
Jika konektivitas jalur pejalan kaki dan pesepeda adalah fitur penting dari TOD, tidak demikian dengan konektivitas jaringan jalan bagi kendaraan bermotor. Keberpihakan Terhadap Moda membandingkan dua hal tersebut dan mendorong pengembangan dengan melihat rasio konektivitas jalur non-kendaraan bermotor (NMT) terhadap konektivitas jalan yang dapat diakses oleh kendaraan bermotor.

Angkutan Umum (Transit)

Angkutan umum menghubungkan dan mengintegrasikan wilayah-wilayah kota terlalu jauh bagi pejalan kaki. Akses dan kedekatan dengan layanan angkutan umum massal, yang didefinisikan sebagai Bus Rapid Transit (BRT) atau angkutan berbasis rel merupakan prasyarat untuk pengakuan dari TOD Standard. Angkutan umum massal memainkan peran penting, karena memungkinkan mobilitas perkotaan yang sangat efisien dan adil, serta mendukung tata ruang dan pola pembangunan yang padat. Angkutan umum juga hadir dalam berbagai bentuk moda untuk mendukung keseluruhan spektrum kebutuhan transportasi perkotaan termasuk kendaraan berkapasitas rendah, becak bermotor, angkutan kota, bus, dan trem
-    Angkutan umum berkualitas tinggi dapat diakses dengan berjalan kaki
Jarak maksimal menuju stasiun angkutan umum massal terdekat yang direkomendasikan untuk pembangunan berorientasi transit adalah 1 kilometer, atau 15 sampai 20 menit berjalan kaki. Dengan menciptakan kepadatan yang lebih tinggi di area stasiun angkutan umum, akan memaksimalkan jumlah pengguna yang dapat dengan mudah mengakses ke layanan angkutan umum tersebut.

Pembauran (Mix)

Ketika ada percampuran yang seimbang antara peruntukan dan kegiatan dalam satu area (misalnya, antara tempat tinggal, tempat kerja, dan perdagangan ritel), akan banyak perjalanan sehari-hari yang berjarak dekat dan dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki. Pembauran tata guna lahan dalam satu wilayah akan membuat jalan-jalan lokal terus hidup dan memberikan rasa aman, mendorong aktivitas berjalan kaki dan bersepeda, serta membentuk lingkungan hidup yang manusiawi. Perjalanan komuter pergi dan pulang juga dimungkinkan untuk lebih seimbang, sehingga operasional angkutan umum menjadi lebih efisien. Hunian berimbang, dari segi harga, memungkinkan para pekerja untuk tinggal di dekat tempat bekerja mereka dan mencegah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang paling tergantung pada angkutan berbiaya rendah, untuk tinggal di daerah-daerah terpencil dan malah mendorong kelompok ini untuk bergantung pada kendaraan pribadi. Oleh karena itu, dua sasaran kinerja pada prinsip ini adalah penyediaan hunian yang berimbang dari segi tata guna lahan dan tingkat pendapatan masyarakat.
-    Jarak perjalanan dipersingkat dengan pola pembangunan yan beragam dan tata guna lahan yang saling melengkapi
            Pembangunan yang mendorong pembauran peruntukan lahan memungkinkan perjalanan berjalan
kaki sehari-hari yang lebih luas. Tata Guna Lahan yang Saling Melengkapi memberikan poin bagi proyek pembangunan yang mencampur peruntukan perumahan dan non-perumahan. Akses Terhadap Sumber Makanan menggunakan ketersediaan bahan makanan segar sebagai "uji lakmus" untuk menunjukkan suatu daerah terlayani dengan baik oleh barang dan jasa yang berorientasi lokal dan secara terus menerus tersedia. Makanan merupakan bagian penting dari kehidupan sehari-hari, dan mampu berjalan kaki untuk membeli makanan dan produk harian memberikan kontribusi terhadap kualitas hidup yang lebih baik
-    Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) memiliki perjalanan yang dekat
Hunian Berimbang mendorong penyediaan perumahan yang memberikan alokasi terhadap hunian yang terjangkau oleh MBR.

Memadatkan (Densify)

Untuk dapat menopang pertumbuhan perkotaan dalam pola tata ruang yang rapat dan padat, kota harus tumbuh secara vertikal (densifikasi) bukan horizontal (sprawl). Kota dengan tingkat kepadatan yang tinggi dan berorientasi pada angkutan umum akan mendukung tersedianya layanan dengan kualitas, frekuensi, dan konektivitas yang juga tinggi sehingga akan membantu peningkatan pendapatan dengan investasi dalam perbaikan dan ekspansi sistem yang lebih baik lagi. Kepadatan yang berorientasi pada angkutan umum akan menghasilkan jalan-jalan yang ramai, dan memastikan bahwa area stasiun tetap hidup, aktif, dan aman. Kepadatan memberikan basis konsumen yang beragam bagi berbagai penyedia layanan dan fasilitas serta dapat menghidupkan aktivitas perekonomian lokal. Seperti yang telah terbukti pada lingkungan terkenal di seluruh dunia, hidup di tengah-tengah tingkat kepadatan yang tinggi bisa jadi sangat menarik. Adapun batas dari densifikasi akan berasal dari kebutuhan akses sinar matahari, sirkulasi udara segar, akses menuju taman dan ruang terbuka hijau, kelestarian lingkungan hidup, dan perlindungan terhadap warisan sejarah dan budaya.
-    Tingkat kepadatan hunian rumah dan perkantoran mendukung beroperasinya angkutan umum yang berkualitas dan aktivitas perekonomian local
Kepadatan Tata Guna Lahan mendorong pembangunan dengan tingkat kepadatan yang sama atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan proyek-proyek lain yang sebanding. Sektor publik dan swasta harus bekerja sama untuk terus meningkatkan batas kepadatan perumahan dan nonperumahan, sambil tetap memberikan perhatian terhadap kearifan lokal.

Merapatkan (Compact)

Prinsip dasar pembangunan perkotaan yang padat (dense) adalah tata ruang yang rapat (compact). Di wilayah kota ataupun pinggiran kota yang rapat, berbagai kegiatan dan aktivitas hadir saling berdekatan satu sama lainnya. Pola ini meminimalkan waktu dan energi yang dibutuhkan untuk menjangkau mereka dan memaksimalkan potensi interaksi antarwarganya. Dengan jarak-jarak yang pendek, kota padat membutuhkan lebih sedikit infrastruktur yang megah dan mahal serta dapat memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau dengan memprioritaskan densifikasi dan pembangunan kembali lahan yang sudah dikembangkan sebelumnya. Merapatkan dapat diterapkan pada skala lingkungan, untuk menghasilkan integrasi spasial antara kondisi berjalan kaki dan bersepeda yang baik dan konektivitas yang berorientasi pada angkutan umum. Pada skala kota, memiliki tingkat kerapatan yang tinggi berarti menjadikan ruang-ruang kota terintegrasi secara spasial dengan sistem angkutan umum. Dua sasaran kinerja pada prinsip ini berfokus pada kedekatan proyek pembangunan terhadap aktivitas perkotaan yang telah ada, dan waktu perjalanan yang singkat dari bangkitan perjalanan utama, menuju tempat tujuan di pusat kota atau sekitarnya.
-    Proyek pembangunan terdapat di area perkotaan yang sudah berkembang
Untuk mempromosikan densifikasi dan efisiensi penggunaan lahan kosong. Area Perkotaan mendorong proyek pembangunan dilakukan pada area di dalam atau di pinggiran wilayah yang telah terbangun sebelumnya.
-    Kenyamanan perjalanan di tengah kota
Pilihan Penggunaan Angkutan Umum mendorong proyek pembangunan untuk menyediakan transportasi multi-moda - termasuk jalur angkutan umum massal dan opsi paratransit. Memiliki sejumlah pilihan transportasi yang berbeda berarti kebutuhan penumpang dan wisatawan yang beragam dapat terpenuhi dan mendorong lebih banyak lapisan masyarakat untuk menggunakan angkutan umum.

Beralih (Shift)

Ketika kota dibangun atas dasar tujuh prinsip di atas, kendaraan bermotor pribadi menjadi hampir tidak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Berjalan kaki, bersepeda, dan menggunakan angkutan umum menjadi pilihan bertransportasi yang mudah dan nyaman, dan dapat juga dilengkapi dengan moda angkutan perantara atau kendaraan sewaan yang lebih hemat dalam penggunaan ruang. Ruang kota yang terbatas dan sangat berharga dapat dialihkan dari peruntukan jalan dan ruas parkir kendaraan bermotor yang tidak perlu, untuk kemudian dialokasikan kembali kepada peruntukan yang lebih produktif dari segi sosial dan ekonomi.

-    Meminimalkan luasan area yang ditujukan bagi kendaraan bermotor

Penyediaan sedikit ruang kota untuk parkir kendaraan bermotor di luar badan jalan adalah hal yang didorong oleh Parkir Off-Street. Tingkat Kepadatan Akses Kendaraan Bermotor (driveway) mengukur frekuensi akses masuk bangunan bagi mobil yang melintasi trotoar, dan memberikan poin pada usaha-usaha mengurangi gangguan terhadap jaringan infrastruktur pejalan kaki. Luasan Daerah Milik Jalan Untuk Kendaraan Bermotor memberikan poin terhadap pengurangan ruang jalan bagi kendaraan bermotor baik dalam bentuk lajur kendaraan bermotor maupun ruang parkir di badan jalan.

sumber: TOD standard, ITDP

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Perencanaan dan Perancangan

Mungkin kebanyakan orang akan bingung dalam menggunakan istilah perencanaan dan perancangan atau bahkan kalian termasuk orang yang kerap kali menggunakan kedua istilah ini tanpa mengetahui maknanya....eitsss jangan beranggapan kedua kata ini memiliki makna yang sama ya, beda guys. - Perencanaan dalam bahasa asing disebut juga sebagai “planning”, dapat diartikan sebagai suatu sarana untuk mentransformasikan persepsi-persepsi mengenai kondisi-kondisi lingkungan ke dalam rencana yang berarti dan dapat dilaksanakan dengan teratur (William A.Shrode, 1974).  Perencanaan adalah sebuah proses untuk menetapkan tindakan yang tepat di masa depan melalui pilihan-pilihan yang sistematik (Paul Davidov, 1982). - Perancangan adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik, melalui tiga proses: mengidentifikasi masalah-masalah, mengidentifikasi metoda untuk pemecahan masalah, dan pelaksanaan pemecahan masalah. Dengan kata lain adalah pemograman, penyusuna

Profesi & Etika Dalam Perencanaan Wilayah dan Kota

Profesi adalah suatu hal yang berkaitan dengan bidang tertentu atau jenis pekerjaan, dalam hal ini adalah profesi yang berkaitan dengan Perencaan Wilayah dan Kota. Profesi yang berkaitan dengan Perencanaan Wilayah dan Kota adalah Perencana.  Setiap profesi pasti memiliki kode etik, begitupula halnya dengan perencana. Kode etik adalah sebagai pandangan manusia dalam perilaku menurut ukuran nilai yang baik (Drs. O. P. Simonangkir).               Materi mengenai profesi dan etika perencanaan ini sangat penting untuk diketahui bagi calon perencana maupun perencana, agar dalam menjalani profesinya dapat sesuai dengan kode etik yang ada. Khususnya bagi calon perencana perlu mengetahui profesi yang akan dijalaninya agar dapat menentukan tujuan setelah lulus.             Seorang perencana harus memiliki pengetahuan yang luas, dimana pengetahuan tersebut dapat memberikan efek positif bagi masyarakat, suatu tempat dan lingkungan. Pekerjaan sebagai perencana sangat luas cakupannya, dan

STUDI KASUS METODE ANALISIS DISKRIMINAN 2 GRUP

TUGAS MATA KULIAH METODE ANALISIS PERENCANAAN  STUDI KASUS METODE ANALISIS DISKRIMINAN 2 GRUP OLEH : SYARIFAH ATHIYATUL KHAIRAH  (D1091141007) FILASIAS TIAR MARTIN  (D1091141012) FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, maka tuntunan perkembangan ilmu pengetahuan juga akan semakin meningkat. Tuntutan tersebut juga membuat meningkatnya kebutuhan akan sumber daya manusia yang bermutu. Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu, tentu perlu adanya ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkualitas dan mendukung untuk mengembangkan kemampuan dari setiap individu serta perlunya peningkatan dalam bidang-bidang tertentu seperti bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Seiring berkembang ilmu peng e tahuan yang dibutuhkan manusia, ditemukan pula berbagai metode untuk menganalisa faktor pendukung