Holla J,
nah readers baru – baru aja di Kota Khatulistiwa, Pontianak ini diadain acara
yang namanya Pontianak Digital Week dengan tema besarnya Smart city need smart
people (semoga saya benar itu temanya yaa hihihiii). Secara ya saya tinggal di
Pontianak, setiap hari merasakan kehangatan matahari siang yang tak
dirindukan...begitu liat ada acara beginian saya jadi kepo banget. Penasaran
nih, ada acara yang bawa – bawa “City” wah planology banget, ditambah lagi ada “smart
–nya” materi kuliah banget ni.
Rangakaian acara nya lumayan menarik buat kaum muda - mudi, banyak
banget sesi putra-putri khatulistiwa yang berkarya dalam IT, sukses dalam
bisnis online, ada juga yang berhasil buat aplikasi maupun website jadi
pembicara. Menurut saya rangkaian acaranya bener – bener menuju untuk
menegmbangkan sumber daya manusia yang smart, dan smart yang didefinisikan
lebih pada smart yang bisa sesuai kemajuan teknologi. Buat kota – kota besar di
Indonesia yang sudah lebih maju penerapan aplikasi dalam berbagai aspek
kehidupan terbilang sudah biasa, namun bagi Kota Pontianak menurut saya masih
terbilang suatu yang waaahhhh. Disini lah yang dimaksud dengan need smart
people.
Saya sangat tertarik mengenai “smart people”, Alhamdulillah
kuliah mengenai smart city udah lulus pada tahun kedua saya di planology J jadi yaa lumayan deh
sedikit nyangkut. Smart city itu sebenernya punya beberapa aspek yang perlu
dipenuhi ya menurut teori mengenai kota pintar ini. Beberapa aspek yang menjadi
indiaktor Kota Pintar itu adalah adanya smart goverment, smart environtment,
smart economy, smart people dsb yang secara keseluruhan berkaitan dengan “kepintaran”
dalam berbagai aspek kehidupan pekotaan. Buat aspek lainnya dipinggirkan dulu
deh, kita bakal tetap menyoroti mengenai smart people.
Saya akan sedikit mengcompare penerapan konsep kota cerdas
yang sudah berhasil di dunia, yaitu Kota Tokyo. Hal yang paling fundamental untuk
mengembangkan smart city yang dilakukan oleh Kota Tokyo adalahmenguah mindset
atau paradigma berpikir masyarakatnya. Jika paradigmanya berubah, untuk
mengimplementasikan konsep smart city menjadi sangat mudah. Tokyo mulai
benar-benar merintis memajukan dirinya menjadi kota dengan pengelolaan efektif
fan efisien pada tahun 1980. Mulai dari membangun mental masyarakatnya, cara
berpikir dan juga bagaimana menghasilkan sebuah konsep perkotaan lengkap dengan
eksekusinya. Setelah pengembangan mindset, barulah pemerintah Kota Tokyo mulai
merencanakan pembangunan mendasar yakini infrastruktur, transportasi publik,
kesehatan masyarakat, pendidikan, pembenahan zonasi kawasan, dan juga kualitas
hidup yang lebih baik dengan mengejar pertumbuhan ekonomi positif.
Nah dengan melihat Tokyo yang sudah sukses lebih dulu
menerapkan smart city, langkah awal yang dilakukan dengan pembenahan mindset
masyarakat maka sudah tepatlah tema besar acara PDW 2016, “Smart City, Need
Smart People”. Masyarakat adalah pemeran utama dalam perencanaan kota, sebagai
penikmat hasil rencana yang juga dapat memberikan sumbangsih ide perencanaan
melalui musrembang, dsb. Sebaik apapun perncanaan dan perancangan suatu kota,
jika masyarakatnya tidak mengerti, tidak mendukung dan turut menjaga makam
perencanaan dan perancangan kota tidak akan dapat diimplentasikan sesuai
harapan.
Semoga dengan adanya event ini menjadi semangat anak muda
Pontianak untuk menjadikan Kota Khatulistiwa ini lebih baik dan Insyaa Allah
terwujud sebagai Smart City, karena yang semestinya bercita-cita mengenai kota
tidaklah hanya planolog maupun pemegang kekuasaan, tetapi seluruh masyarakat
berhak bercita-cita (sudah bukan lagi jamannya perencanaanan top-down, sekarang
yang udah jaman yaaa bottom up guys J).
Comments
Post a Comment